Majalah merupakan salah satu media cetak yang sangat berpengaruh dalam kehidupan kita di era komunikasi. Majalah menurut kamus besar bahasa indonesia adalah terbitan berkala yang isinya meliputi berbagai liputan jurnalistik. Seiring perkembangan majalah, majalah menjadi media yang dapat membantu kita dalam bidang promosi. Misalnya seperti majalah yang membuka peluang untuk pengusaha agar bisa mengembangkan usahanya dengan cara menaruh produk dan jasa dalam bentuk gambar yang difoto dan ditaruh di majalah.
Sedangkan hedonisme menurut kamus besar bahasa indonesia adalah pandangan yang menganggap kesenangan dan kenikmatan materi sebagai tujuan utama dalam hidup. Hubungan majalah dengan hedonisme sangat erat. Banyak faktor yang menentukan dan membuat masyarakat memiliki perilaku hedonisme. Salah satunya adalah majalah yang memuat berita-berita tentang promosi barang-barang yang kurang berguna dan hanya untuk kepuasan sementara, misalnya seperti baju, gaun, mainan, rokok, minuman keras, dan barang-barang yang kurang membantu kita dalam melakukan kegiatan ekonomi dan cendrung hanya untuk kepuasan sementara.
Menurut pengalaman saya, kekuatan majalah ini dalam bentuk visual sangat kuat. Pertama dilihat dari sisi kualitas kertas yang bagus, sangat mempengaruhi barang tersebut. Misalnya saja kita melihat iklan mobil yang di pajang di koran dengan kertas yang kita tahu sendiri bentuknya kasar dan terkadang gambarnya menjadi pecah. Sedangkan jika kita melihat iklan mobil yang dipajang di majalah, karena gambar yang mungkin biasa-biasa saja, tetapi karena kertas yang bagus dan halus dapat memunculkan kesan yang indah dari gambar tersebut. Kedua dilihat dari gambar yang diatur sedemikian rupa, sehingga lebih fokus kepada produk maupun jasa. Misalnya ketika kita membuka lembar halaman promosi pada majalah, kita melihat majalah ini mempromosikan sebuah produk, katakan saja “mesin pencukur rambut”. Di dalam majalah akan dibahas lebih mendalam, karena mungkin peletakan dan fokus pada gambarnya yang dapat menampakan wujud dari mesin pencukur rambut tersebut lebih mendetil.
Disamping dari keunggulan majalah yang sangat indah untuk dipandang. Ada juga dampak buruknya, yaitu hedonisme yang kita bahas tadi diatas. Contoh kasusnya itu seperti pengalaman saya, saat itu saya sedang berjalan-jalan di pusat perbelanjaan yang ada di kota Yogyakarta. Dalam perjalanan saya yang sedang cuci mata melihat keindahan interior dan wanita-wanita metroseksual yang sedang berjalan-jalan di pusat perbelanjaan tersebut, saya melihat salah satu majalah favorit saya keluaran baru yang berbau fashion laki-laki, dan di dalam majalah tersebut terdapat gambar-gambar seperti jas pria, jam tangan pria, celana dalam pria, baju pria, celana pria, dasi pria, ikat pinggang pria, kaos kaki pria, jaket pria, sarung tangan pria, sepatu kasual pria, sepatu bola pria, sepatu futsal pria, sepatu kulit pria.
Di antara barang-barang tersebut yang paling saya gemari adalah jam tangan pria. Kenapa saya menyukainya? Karena menurut saya jam tangan itu adalah sebuah gambar yang dapat menghibur kita yang tertempel di pergelangan tangan. Saya sangat mengerti tentang jam tangan dari berbagai macam modelnya yang beraneka ragam, dimulai dari mesin yang mekanik(mesin yang mengandalkan gerakan dari mahkota jam dan harus diputar secara manual dan kemudian akan ada batas waktu interval jam tersebut berputar, misalnya kita memutar mahkota jam tangan kurang lebih 1080 derajat, kemudian kemungkinan ketahanan jam tangan bisa mencapai 3 hari sampai jarum jam tersebut berhenti berputar, prinsip nya seperti mainan gratis yang biasa dibagikan oleh salah satu restoran cepat saji).
Kemudian mesin otomatis(mesin jam tangan ini diciptakan dengan prinsip yang dapat membantu kita lebih gampang dan tidak perlu memutar mahkota jam tangan, tetapi di dalam jam tangan tersebut terdapat pendulum atau rotor yang bergerak yang dapat mengumpulkan tenaga ke dalam kumparan yang bergerak ke kiri dan ke kanan, sehingga membuat jarum jam bergerak. Keunggulan jam ini, kita tidak perlu repot-repot memutar mahkota jam tangan, karena hanya dengan memakainya saja di tangan kita, rotor akan bergerak dan mengumpulkan tenaga ke dalam kumparan. Kurang lebih ketahanan jam ini 2 hari baru jarum jam akan berhenti total), dan juga ada jam tangan quartz(jam tangan yang digerakan dengan energi listrik dari battrey), lalu ada jam tangan yang disebut dengan kinetik(jam tangan ini merupakan gabungan dari quartz dan otomatis, prinsipnya rotor bergerak dan kemudian mengumpulkan tenaga kedalam battrey secara terus menerus, sehingga jam ini akan lebih tahan lama dan memiliki akurasi ketepatan waktu yang sangat tepat. Kemudian jam ini juga dilengkapi dengan auto relay, jadi jika kita menggoyangkan jamnya, jam tangannya, jam tersebut akan memutar dan mencari waktu secara otomatis).
Kenapa saya bisa mengerti mengenai jam tangan? Karena saya sering membeli jam tangan, memang dari harga yang murah-murah saja, tetapi sering membeli barang-barang yang kurang berguna itu sama saja dengan hedonisme.
Kembali ke majalah, karena saat itu majalah tersebut mempromosikan gambar tentang salah satu merek jam yang paling saya gemari dan mimpi-mimpikan, jadi saya tertarik untuk membelinya di salah satu toko jam tangan dekat dengan rumah saya. Jam tangan tersebut seharga kurang lebih dua juta. Setelah memberli jam tangan tersebut saya merasa sedikit menyesal kenapa saya tertarik membeli barang-barang seperti itu.
Berdasarkan pengalaman yang saya alami diatas itu dapat kita lihat bahwa, iklan yang ada di majalah sangat berpengaruh terhadap perilaku konsumerisme. Perilaku ini sangat tidak dianjurkan karena sama saja membuang-buang uang yang sudah diberikan oleh orang tua maupun yang sudah kita tabung. Padahal kita belum berpenghasilan tetapi kita malah menghabiskan uang yang dihasilkan orang tua untuk segala sesuatu yang tidak berguna.
Jadi intinya solusi dari saya, kita semua harus bisa menahan nafsu yang membuat kita menjadi khilaf akan perbuatan yang membuang-buang uang seperti itu. Sampai sekarang saya sudah mulai bisa mengontrol keuangan saya, tidak terus-terusan membeli sesuatu yang tidak berguna dan lebih mementingkan makanan yang akan saya makan.
Agustinus Mahardika
Agustinus Mahardika
Tidak ada komentar:
Posting Komentar