Sabtu, 18 Juni 2016

Teras Pers; Media Kicauan FISIP UAJY

Halaman depan Teras Pers edisi ke-25
Duduk santai, ngobrol serius, tertawa lepas, kritik pedas. Sekilas slogan tersebut tampak tidak begitu asing bagi kita penghuni kampus FISIP UAJY. Sering kita mendengar slogan tersebut di papan mading maupun di majalah kampus, yang tak lain adalah majalah Teras Pers.

Majalah yang sudah berdiri sejak tahun 2004 ini memiliki beberapa sepak terjangnya dalam menjalani kehidupan jurnalisme media cetak di lingkungan kampus. Dimulai dari teguran dari dekanat karena topik pembahasan majalah yang memojokan salah satu organisasi yang ada di kampus mereka sendiri (FISIP), serta wadah keluh kesah dari mahasiswa terhadap fenomena yang ada di kampus. Terbukti dengan sekarang dikeluarkannya rubrik surat pembaca dan rubrik opini yang bertujuan untuk menampung aspirasi dari mahasiswa FISIP.

Agustinus Mahardika Negara yang kerap kali dipanggil Agus, ia bertubuh kekar, tinggi, serta mukanya yang berperawakan Chinese, ketika ditemui Kongko Pers, Agus selaku marketing komunikasi Teras Pers angkatan 2015 membagi-bagikan ceritanya seputar Teras Pers yang layak diketahui oleh khalayak FISIP UAJY. “Ya pada awalnya Teras didirikan tahun 2004.” begitu tuturnya saat diwawancarai pada 02 Juni 2016.

“Kegunaannya bertujuan untuk menampung keluhan mahasiswa dan juga sebagai  media untuk teman-teman yang ingin belajar komunikasi dalam bidang jurnalisme.” (Agus, 02 Juni 2016).
Saat ditanyai tentang topik yang paling mantap, Agus mengaku bahwa di dua edisi terakhir (BEM Bak Macan Ompong, dan Cerminan Untuk Dosen) dari majalah Teras Pers merupakan topik yang paling menggebrak dan mengkritisi sejumlah organisasi ataupun lembaga sosial yang ada di kampus FISIP UAJY. 

“Seperti yang kita lihat dosen menyandang status quo di kampus, bisa dilihat ada ketimpangan relasi  antara dosen dan mahasiswa.”
Dari ketimpangan ini yang paling dirugikan adalah mahasiswa. Sehingga melihat fenomena tersebut, dari Teras Pers sendiri ingin mengangkat topik bagaimana evaluasi dosen di kampus kita.” Lanjut Agus

Topik tersebut (Cerminan Untuk Dosen) sangat membutuhkan kehati-hatian, mengingat pada edisi sebelumnya teras sudah mendapat teguran dari dekanat (edisi BEM Bak macan Ompong).
Terlepas dari berbagai kontroversi, redaksi Teras juga menyeleksi para jurnalis muda yang memiliki komitmen, skill serta kerjasama team yang solid. Dalam harapannya untuk kemajuan Teras Pers, Agus mengutarakan bahwa etos dan ritme kerja Teras Pers harus dipertahankan, bahkan harus dikembangkan, sehingga Teras Pers bisa menjadi rujukan mahasiswa untuk berpikir jernih dan kritis.

Sumber:
Wawancara, Agustinus, 02 Juni 2016.


Lady Arsa & Patricia Liana



Tidak ada komentar:

Posting Komentar